Senin, 10 Oktober 2011

dan aku adalah minoritas

Don't call me weird!
Please, my silence is to be understood. not to be judged! like i said:

I love beeing lonely...
With no one around me
I love keep in the corner of silence...
With no one disturbs me
And i would like dissapear in the shadow...
With no one notice me.



********************************


I Am an Introvert...


Bukan mau sok-sokan introvert.
Tapi aku benar-benar seorang introvert.
2 kali test psikologi dan hasilnya sama.
Aku seorang Introvert


Aku Introvert dalam hal kepribadian,
Tapi bukan introvert secara perilaku.


Aku bisa berkomunikasi,
Aku bisa bersosialisasi,
Aku bisa bergurau,
Aku punya teman...
Dan bahkan aku [pernah] punya pacar...


Aku layaknya orang lain.
Aku normal.
Aku sangat normal.


Tapi jika boleh memilih,
Aku lebih suka menyendiri...
Aku lebih suka diacuhkan...
Aku lebih suka diam.


Aku tidak suka keramaian,
Orang-orang...
Tempat-tempat...
dan hal-hal baru yang asing denganku.


Orang sering menyebutku "makhluk aneh"...
Karena aku tidak suka bergaul,
Karena aku tidak suka bicara,
Dan justru karena aku memilih sebaliknya.


Sebagai orang Jawa, hal itu menjadi tekanan lebih buatku.

Karena, sebagai orang Jawa, ke"supel"an seperti sebuah keharusan.


Sebelum aku tahu,
Apa itu introvert...
Aku menyalahkan diriku dan keadaanku.
Aku menyesalkan diriku yang tidak seperti kalian [para extravert]...
Yang tidak pernah bisa memulai pembicaraan ketika bertemu orang baru...
Maupun tidak banyak bicara bahkan ketika bersama dengan orang yang kukenal.


Aku sudah mencoba,
Aku mencoba memahami kalian, para extravert
Tapi... sekuat apapun aku mencoba,
Aku tidak bisa menjadi seperti kalian?!


Kalian sebut aku tidak bisa ber-"gaul"
Aku bisa bersosialisasi, tapi aku tak bisa ber-"gaul"
Semoga kalian mengerti apa yang kumaksud dengan "gaul"
Lengkap dengan konotasinya.

Kalian sebut aku PENDIAM
Aku hanya tidak suka pembicaraan tanpa arti.
Karena bicara bagiku, sama artinya dengan informasi.


Kalian sebut aku PENYENDIRI
Aku hanya ingin memanfaatkan waktuku sebaik-baiknya
dengan menggali dan mencari ide-ide baru
yang tentunya bermanfaat...


Dan kalian sebut aku EGOIS
Introvert adalah suatu fitrah.
Seperti sebuah batre yang butuh re-charge
Kami para introvert pun butuh menyendiri... sebagai "makanan"


Sekarang, kalian tahu.
Aku seorang Introvert
Introvert bukanlah kelainan psikologis.
Apalagi sebuah penyakit.
Tolong hilangkan stigma negatif bahwa "extravert baik, dan introvert buruk"


Tolong pahami...
Introverts Do Exist!
Meski kami para introvert [INTP] hanya 3,33% dari seluruh populasi dunia...


Minoritas memang...
But, ARE minorities must be wrong?
[aku memakai ARE karena, minoritas betapapun sedikitnya, tetaplah komunitas]

******

Have you ever heard? seseorang yang membutuhkan kesunyian setelah berada di keramaian... seseorang yang butuh lebih banyak kesendirian, setelah beberapa saat dalam kebersamaan...


they're INTROVERTS!


If you don't understand my SILENCE, you won't understand my WORDS...
  

Minggu, 09 Oktober 2011

Logia (Sebuah novel)

Rumah kontrakan Andini, 15.03 pm
"Jangan ikut campur urusan gua !"
Kudungga berteriak keras, pemuda itu tak sengaja meluapkan emosinya setelah mendengar singgungan Andini tentang Biola, seorang gadis yang pernah mengisi hati Kudungga dulu.
"Sorry Dung, gua gag bermaksud buat ngingetin lo sama Biola, tapi lo harus move on dong.."
"Mau sampe kapan sih Dung lo gini mulu? Lo mau habisin waktu lo buat nungguin Biola yang sekarang gag tau ada dimana ?" Andini menghela nafasnya, ada sedikit perasaan bersalah dalam hatinya karna telah mengorek luka lama Kudungga. Tapi apa yang dapat ia lakukan lagi.
Andini telah kehabisan akal untuk membuat seorang pemuda yang telah lama menjadi sahabatnya ini kembali seperti dahulu. Ia ingin senyum itu kembali kedalam raut wajah kharismatik yang selama ini diam-diam ada dalam hatinya.
"Iya,tapi gag dengan cara lo ceramahin gua soal itu din! Lo gag pernah tau hati gua gimana, lo gag pernah tau kehilangan itu seperti apa, dan lo gag tau pernah tau gimana bencinya gua punya perasaan kayak gini." Kudungga berbalik kemudian melangkah pergi meninggalkan Andini yang kini hanya terdiam, dan tanpa sepengetahuan Kudungga Andini telah mengeluarkan titik-titik air di sudut matanya yang membulat indah. Andini menangis...
Dan tak lama terdengar deru mesin motor Kudungga menjauhi rumah itu, ia pergi seperti tak akan kembali. 
....................

On the way, 15.15 pm
Kudungga memacu Kawasaki Binternya dengan kecepatan penuh tanpa arah. Ia seperti ingin lari dari kenyataan. Kenyataan yang sebenarnya tak pernah bisa ia tutupi, kenyataan yang tak pernah ingin ia hadapi, dan kenyataan yang telah diingatkan kembali oleh Andini. Ia tak pernah bisa menerima keadaan dimana kini ia telah terpaku dalam sebuah penantian yang sebenarnya tak pernah ada. Ia telah membangun sebuah dunia semu dan terlampau asik masuk dalam plot cerita yang ia rangkai sendiri sehingga tak pernah ingin kembali ke dalam kenyataan yang sesungguhnya. Sebuah dunia di mana di sana hanya ada ia dan Biola, dengan kisah pertemuan - perpisahan mereka, dan penantian Kudungga yang sebenarnya tak pernah ada.
Ia terlampau marah mendengar perkataan Andini yang tak mengakui keberadaan Biola. Kudungga hanya ingin Andini tau ia telah merasakan  kehangatan dari perasaan Biola yang dalam. Baginya Biola itu adalah sosok nyata yang selama ini telah mengisi relung hatinya, kembali menyemaikan bibit mawar dalam hatinya, dan mewarnai langkahnya selama ini. Biola adalah sepotong bagian dari hatinya yang kini telah hilang, dan ia ingin Andini mendengar apa yang ia rasakan saat ini, karna ia membutuhkan Andini sebagai seorang sahabat untuk membagi dukanya saat ini. (bersambung)